Tuesday, November 13, 2012

Bab 4 MCS

Bab 4

Responsibility Centers: Revenue and Expense Centers/Pusat Tanggungjawab: Pusat Pendapatan dan Pengeluaran

Di bab 4 sampai 7, kita membahas konteks terkait proses kontrol. Kita jelaskan karakteristik organisasi yang mempengaruhi proses kontrol, fokus pada berbagai tipe pusat tanggungjawab, teknik-teknik yang penting untuk kontrolnya, dan metrik yang tersedia untuk evaluasi kinerja manajer terkait centers/pusat tersebut. Responsibility centers merupakan struktur sistem kontrol dan penempatan tanggungjawab terhadap sub unit organisasi yang harus merefleksikan strategi organisasi. Dalam bab-bab ini kita me-review pertimbangan terkait dalam penugasan financial rsponsibility/tanggungjawab keuangan (dalam hal biaya, pendapatan, profit, dan aset) terhadap sub unit organisasi.
Kita mulai Bab 4 dengan menjelaskan sifat alamiah Responsibility centers secara umum dan kriteria keefisienan dan keefektifan yang sesuai dalam pengukuran kinerja para manajer mereka. Kemudian kami menjelaskan 2 tipe yang berbeda dari responsibility centers: revenue centers/pusat pendapatan (yang dijelaskan dengan singkat) dan expense centers/pusat pengeluaran (didiskusikan lebih jauh). Expense centers dibagi menjadi dua kategori: engineered expense centers dan discretionary expense centers. Kami mempertimbangkan tipe tipe yang paling umum dari discretionary expense centers: administrative and support center, research and development (R&D) centers, dan marketing centers.
Dalam Part 2 di buku ini, kita mendiskusikan tentang bagaimana kontrol keuangan tambahan dengan pengukuran kinerja non finansial.

Responsibility Centers
Responsibility centers adalah suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap berbagai kegiatannya. Umumnya, suatu perusahaan merupakan kumpulan dari responsibility centers, yang masing-masingnya diwakili oleh suatu kotak tabel organisasi. Responsibility centers ini membentuk suatu hirarki. Pada level terendah adalah pusat section/bagian, work shift, dan unit organisasi kecil lainnya. Unit bisnis atau departemen berisi beberapa unit lebih kecil ini yang lebih tinggi di dalam hirarki. Dari sudut pandang manajemen senior dan dewan direktur/dewan direksi, keseluruhan perusahaan adalah suatu pusat tanggung jawab/ responsibility centers, meskipun istilahnya sering digunakan pada unit di dalam perusahaan.

Sifat ilmiah responsibility centers
Suatu responsibility centers hadir untuk menyelesaikan satu atau beberapa sasaran, diistilahkan dengan tujuan. Perusahaan secara keseluruhan mempunyai tujuan, dan senior manajemen memutuskan pada serangkaian strategi untuk menyelesaikan tujuan itu. Tujuan dari berbagai responsibility centers di perusahaan adalah untuk membantu mengimplementasikan strategi itu. Karena setiap organisasi adalah merupakan jumlah dari responsibility centers nya, jika tiap responsibility centers sukses dengan tujuannya, maka tujuan organisasi akan diraih.
Exhibit 4.1 memperlihatkan operasi dasar dari tiap responsibility centers. Responsibility centers menerima input, dalam bentuk material, pekerja, dan layanan. Dengan menggunakan working capital (misal, inventaris, uang yang dapat diterima), peralatan, dan aset lainnya, responsibility centers melakukan kinerja pada fungsi tertentunya, dengan tujuan utama mengantarkan input terhadap output, apakah itu tengible atau intangible. Pada proses produksi, output itu berupa barang. Pada unit staf, seperti sumber daya manusia, transportasi, engineering, akunting, dan administrasi, outputnya adalah pelayanan.
Produknya (misalnya, barang dan jasa) diproduksi oleh responsibility center yang bisa saja dilengkapi oleh bagian lain selain responsibility center, apakah itu input, atau di luar pasar, dimana hal itu adalah output organisasi secara keseluruhan. Pendapatan adalah jumlah yang diperoleh dari penyediaan output-output itu.

Hubungan antara Input dan Output
Manajemen bertanggung jawab untuk meyakinkan optimalisasi hubungan antara input dan output. Dalam beberapa pusat/centers, hubungan itu bersifat sebab akibat dan langsung, seperti pada departemen produksi, misalnya, dimana input bahan mentah menjadi bagian fisik dari barang selesai/akhir. Di sini, kontrol fokus pada penggunaan minimum input yang dibutuhkan untuk memproduksi output tertentu berdasarkan spesifikasi tertentu dan standar kualitasnya, pada waktu yang diminta, dan jumlah yang ditentukan.
Dalam beberapa situasi, bagaimanapun, input tidak terkait langsung terhadap output. Pengleuaran iklan merupakan suatu input yang ditujukan untuk peningkatan pendapatan penjualan; tetapi ketika pendapatan dipengaruhi oleh banyak faktor selain periklanan, hubungan antara iklan yang meningkat dengan berbagai subsequent dalam pendapatan jarang dilaksanakan, dan keputusan manajemen untuk meningkatkan belanja iklan sebenarnya berdasar pada keputusan bukan kepada data. Dalam penelitian dan pengembangan, hubungan antara input dan output lebih ambigu; nilai usaha R&D hari ini bisa saja tidak diketahui selama beberapa tahun, dan jumlah optimal dari perusahaan yang diberikan untuk R&D tidak dapat ditetapkan.

Pengukuran input dan output
Banyak input yang digunakan oleh responsibility centers dapat dikatakan sebagai pengukuran fisik-jumlah jam pekerja, literan minyak, rim-an kertas, dan kilowatt listrik. Dalam sistem manajemen kontrol jumlah kuantitatif ini diterjemahkan menjadi istilah monetari; uang merupakan sebutan umum untuk membandingkan sumber daya yang berbeda. Nilai monetari itu dihitung dengan pengalian kuantitas terhadap harga tiap unit (misal, rata-rata jumlah jam kerja). Hasil penjumlahannya dinamakan dengan “cost/biaya”; cara inilah yang biasa digunakan dalam input responsibility centers. Biaya merupakan pengukuran uang dari sejumlah sumber daya yang digunakan oleh responsibility centers.
Sebagai catatan bahwa input adalah sumber daya yang digunakan oleh responsibility center. Pasien di rumah sakit atau siswa di sekolahan bukanlah input. Input itu adalah sumber daa yang digunakan oleh rumah sakit atau sekolah untuk menyelesaikan tujuan dari merawat pasien atau mendidik siswa.
Lebih mudah dalam mengukur biaya input daripada menghitung nilai output. Misalnya, pendapatan tahunan bisa menjadi suatu pengukuran yang penting dari suatu output organisasi yang berorientasi profit, tetapi hal itu tidak akan memperlihatkan semua hal bahwa organisasi melakukannya selama tahunitu. Input seperti kegiatan R&D, pelatihan sumber daya manusia, periklanan dan promosi penjualan mungkin tidak akan berakibat pada output pada tahun tersebut. Tidak juga bahwa hal itu mungkin untuk mengukur secara akurat nilai dari hasil kerja departemen Humas, departemen quality control, atau staf legal. Pada organisasi nonprofit, bisa saja tidak ada pengukuran kuantitatif untuk output apapun; suatu kampus dapat dengan mudah mengukur jumlah lulusan, tetapi tidak tentang seberapa banyak pendidikan yang mereka dapat. Banyak organisasi bahkan tidak mengukur outputnya dari suatu responsibility centersnya. Yang lainnya menggunakan perkiraan, atau surrogate numbers, sambil menjawab keterbatasannya.

Keefisienan dan efektifitas
Konsep input, output, dan biaya dapat digunakan untuk menjelaskan makna efisiensi dan efektifitas, yang merupakan dua kriteria yang digunakan untuk mengukur kinerja responsibility centers. Istilah ini sering dipakai hanya sebagai ukuran perbandingan, dan bukan suatu yang absolut. Kita tidak mengatakan bahwa Responsibility Centers A 80% efisien; tetapi kita mengatakan bahwa dia lebih (atau kurang) efisien daripada pesaingnya, lebih (atau kurang) efisien sekarang daripada waktu lalu, lebih (atau kurang efisien) dibanding anggarannya, lebih (atau kurang efisien) daripada Responsibility Centers B.
Efisiensi adalah rasio output terhadap input, atau sejumlah output tiap unit dari input. Responsibility Centers A lebih efisien daripada Responsibility Centers B (1) jika ia menggunakan lebih sedikit sumber daya daripada Responsibility Centers B tetapi memproduksi output yang sama atau (2) jika ia menggunakan sejumlah sumber daya yang sama tetapi memproduksi output yang lebih besar.
Perlu dicatat bahwa kriteria pertama tidak memperlihatkan bahwa output harus bersifat dapat dihitung; hanya mudah sekali memutuskan bahwa output dari dua unit adalah dinilai sama; jika demikian, asumsi bahwa kedua center melakukan kinerja memuaskan dan pekerjaan yang dihargai merupakan pekerjaan yang mempunyai jarak perbandingan, maka unit dengan input lebih rendah  (misalnya biaya lebih rendah) adalah yang lebih efisien. Dalam kriteria kedua, bagaimanapun, ketika inputnya sama tetapi outputnya berbeda, maka digunakan pengukuran output; dimana hal ini merupakan penghitungan yang lebih sulit.